Sabtu, 13 Desember 2014

Contoh Karangan Eksposisi



Pengaruh Merokok di Lingkungan Sekolah terhadap Perkembangan Pendidikan

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia. Negara berkembang merupakan negara yang sedang dalam proses dalam kemajuan dari setiap aspek negara tersebut. Komponen-komponen dari aspek negara berkembang ini sangat penting peranannya bagi kelangsungan proses kemajuan negara. Oleh karena itu, aspek-aspek pendukung ini sangat memerlukan pengawasan serta perhatian pemerintah guna menunjang kemajuan proses perkembangan Negara.
Suatu negara dapat dinyatakan berkembang ialah dimana ketika dari setiap aspek mengalami peningkatan didalam pengelolaannya. Dari sekian banyak aspek terdapat satu aspek yang memiliki peranan penting dalam kemajuan negara. Aspek tersebut sangat berperan dalam perkembangan negara untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Aspek tersebut ialah pendidikan. Telah kita ketahui bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat teramat penting bukan hanya bagi kita sendiri sebagai objek pelajar namun juga untuk masa depan, karena masa depan suatu bangsa ada ditangan generasi muda.
Di Indonesia sendiri, begitu banyak instansi pendidikan mulai dari instansi pemerintah hingga instansi swasta. Dalam instansi pemerintah sendiri seperti sekolah-sekolah negeri haruslah memiliki faktor penunjang yang cukup memadai mengingat betapa pentingnya manfaat pendidikan. Lingkungan sangat berperan penting dalam kenyamanan siswa atas berlangsungnya kegiatan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Dengan adanya lingkungan yang bersih, terawat dan terjaga akan melahirkan bibit-bibit unggul yang nantinya akan berguna dalam kemajuan pendidikan.
Sekarang ini, pemerintah telah banyak membuat kebbijakan-kebijakan yang berkaitan dengan masalah lingkungan sekolah demi kelancaran serta memaksimalkan daya kerja pemerintah yang nantinya akan sangat berguna bagi bangsa dan tanah air. Contohnya saja hal yang sedang menjadi topik hangat baru-baru ini yaitu pelaranngan merokok di lingkungan sekolah. Kini terdapat kebijakan untuk sekolah tingkat tertentu agar melarang kegiatan merokok di lingkungan sekolah. Hal ini dibuat bukan semata-mata untuk lebih mngesankan suatu peran pemerintah dalam dunia pendidikan. Namun, karena begitu banyak hal yang melatarbelakangi hal tersebut.
Rokok merupakan benda yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun telah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan kebiasaan merokok meningkatkan resiko timbulnya berbagai penyakit. Penelitian terbaru juga menunjukan adanya bahaya dari secondhandsmoke yaitu asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada disekitar perokok atau disebut juga perokok pasif.
Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat rokok, perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih ditolerir oleh masyarakat. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker. Pada awalnya rokok mengandung 8-20 mg nikotin dan setelah dibakar nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25%. Walau demikian jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia.
Nikotin diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian terbagi ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin. Nikotin adalah zat yang meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan kepada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Timah hitam yang dihasilkan sebatang rokok seebanyak 0,5 ug. Dan jika satu bungkus rokok 20 batang maka dihasilkan 10 ug perhari sementara ambang batas timah hitam yang masuk kedalam tubuh 20 ug perhari, bisa dibayangkan berapa banyyak zat ini masuk kedalam tubuh jika rata-rata perharri menghabiskan 2 bungkus rokok.Karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin didalam sel darah merah. Seharusnya hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat berguna bagi pernapasan sel-sel tubuh. Kadar gas CO pada bukan perokok kurang dari 1 persen sedangkan pada perokok 4-15 persen.Tar kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen. Padat saat rokok dihisap tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat dan membentuk endapan berwarna coklat padapermukaan gigi, saluran pernapasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg perbatang rokok sementara kadar tar dalam rokok berkisar antara 24-45 mg.
Efek dari rokok/tembakau memberi stomulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat. Beberapa penyakit akibat merokok menurut Badan POM RI yaitu, Penyakit jantung dan stroke, kanker paru, kanker mulut, osteoporosis, katarak, kerontokan rambut, psoriasis, pertumbuhan janin lambat, impotensi 
Dari keterkaitan berbagai aspek yang ada dalam permasalahan merokok, maka penanggulangan masalah merokok bukan saja menjadi tanggung jawab sektor kesehatan, melainkan tanggung jawab berbagai sektor yang terkait dengan minimal menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di tempat kerja masing-masing. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok diberbagai tatanan dapat diwujudkan melalui penggalangan komitmen bersama untuk melaksanakannya. Dalam hal ini peran lintas sektor sangatlah penting untuk menentukan keberhasilan dari penetapan Kawasan Tanpa Rokok sebagai salah satu upaya penanggulangan bahaya rokok.
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya rokok menjadi alasan sulitnya penetapan Kawasan Tanpa Rokok yang ditunjukkan dengan keadaan hampir 70% perokok di Indonesia mulai merokok sebelum umur 19 tahun. Bahkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2003 meyebutkan usia 8 tahun sudah mulai merokok.

0 komentar:

Posting Komentar

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Template by:

Free Blog Templates