BAB
I
PPENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Pentingnya
stimulasipendidikan anak sejak usia dini di dukung oleh hasil penelitian yang
menyatakan bahwa pada umur 4 tahun,anak telah mencapai separuh dari kemampuan
kecerdasannya, dan pada umur 8 tahun mencapai 80 %. Setelah umur 8 tahun, tanpa
melihat bentuk pendidikannya dan lingkungan yang diperoleh, kemampuan
kecerdasan anak hanya dapat diubah sebanyak 20%. Dari hasil penelitian tersebut
berarti bahwa selama usia 4 tahun pertama dari kehidupan anak dan dari usia 4-8
tahun kecerdasan anak sudah berkembang sebanyak 80%. Hal ini menunjukkan betapa
pesatnya pertumbuhan otak anak pada tahun-tahun tersebut.Demikian pesatnya dan
pentingnya perkembangan yang terjadi pada masa-masa awal kehidupan anak
sehingga masa awal ini dikatakan sebagai masa emas (golden age). Namun, tidak
semua anak yang bisa tumbung dan berkembang dengan baik, ada juga anak yang
mempunyai masalah dalam perkembangannya diantaranya yaitu; masalah kognitif,
fisik, sosial, bahasa dan lain-lain. Jarang orang tua dan pendidik yang
betul-betul memperhatikan masalah tumbuh kembang anak sesuai dengan teori yang
ada, yang akhirnya berdampak terhadap perkembangan anak di masa usia lanjut.
Oleh karena itu orang tua sering melakukan kesalahan dalam mendidik anak. Untuk
itu, kita harus bisa mengidentifikasi masalah anak mulai dari usia dini supaya
anak bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.
PENGERTIAN DAN TUJUAN DIAGNOSTIK
A. PENGERTIAN
DIAGNOSTIK
Diagnosis
adalah identifikasi mengenai sesuatu. Diagnosis digunakan dalam medis, ilmu
pengetahuan, teknik, bisnis, dan lain-lain.Diagnostik secara bahasa, dalam
kamus bahasa Inggris dapat diartikan yang mendasarkan diagnose. Diagnostik
menurut istilah adalah proses yang dilakukan oleh seseorang dalam mengamati
sesuatu hal yang mendasari adanya atau terjadinya sesuatu hal. Artinya
diagnostik itu adalah proses. Dilakukan dalam rangka mengamati, menganalisis,
lalu mengidentifikasi, mengolah data, lantas menyimpulkan apa yang menyebabkan
hal ini terjadi.
Adapun
menurut Thorndike dan heagen (1955: 530-532) diagnostik dapat diartikan
sebagai:
1. upaya untuk proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symptons)
1. upaya untuk proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symptons)
2.
studi yang seksama terhadap fakta tentang sesuatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan dan sebagainya yang esensial.
3.
keputusan yang dicapai setelah dialkukan suatu studi yang seksama atas
gejala-gejala atau fakta tentang sesuatu hal.
Diagnostik
bukan hanya sekedar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, seta latar
belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga
mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan (predicting) kemungkinan dan
menyarankan tindakan pemecahannya (Abin Syamsudin).
Menurut
Webster diagnosis yaitu proses menentukan hakekat daripada kelainan atau
ketidakmampuan dengan ujian dan melalui ujian tersebut dilakukan suatu
penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta untuk menentukan masalahnya.
Sedangkan
menurut Harriman dalam bukunya Handbook of Psychological Term, diagnosis adalah
suatu analisis terhadap kelainan atau salah penyesuaian dari
simptom-simptomnya. Dapat disimpulkan bahwa diagnosis adalah suatu cara
menganalisis suatu kelainan dengan mengamati gejala-gejala yang Nampak dan dari
gejala tersebut dicari factor penyebab kelainan tadi.
Konsep
diagnostik pada mulanya muncul dalam bidang medis (kesehatan). Diagnostik
dilakukan oleh ahli medis terhadapa penyakit yang diderita oleh para pasienya.
Diagnostik dilakukan untuk mencari dan menganailisa serta medapatkan hipotesa
(dugaaan sementara) terkait dengan penyakit yang dialami oleh para pasiennya. Sejalan
dengan kemajuan jaman dan munculnya istilah Bimbingan, konseling, maka istilah
ini digunakan oleh para pembimbing ataupun konselor dalam rangka membatu proses
bimbingan bagi peserat bimbingannya yang juga biasa disebut pasien. Sebagaimana kita ketahui bahwa penggunaan
istilah diagnostik dalam dunia medis sudah sangat lama, yaitu ditemukannya
praktek medis, adapun penggunaan istilah diagnostik ini dalam proses bimbingan
konseling muncul bersamaan dengan munculnya proses bimbingan dan konseling.
Konsep
diagnostik dalam bimbingan
Berbicara
tentang diagnostik dalam bimbingan, maka hal itu jelas bagi kita, bahwa dalam
proses bimbingan konseling istilah diagnostik ini buka istilah yang asing
aklgi, bahkan menjadi sebuah keharusan untukada, karena meruapakan bagain dari
proses konselingnya.
Diagnostik
kesulitan belajar
Diagnostic
kesulitan belajar sebagai suatu proses upaya untuk memahami jenis dan
karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajr dengan menghimpun
dan mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin
sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari
alternative kemugkinan pemecahannya. (Abin Syamsudin)
B. TUJUAN
DIAGNOSTIK
Tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi
apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual,
social, emosional, dan/atau sensoris neurologis) dalam
pertumbuhan/perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya
(anak-anak normal), yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan program
pembelajaran sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
Menurut Swassing (1985 ) dalam Moch Sholeh Y.A
Ichrom,Ph.D , tujuan prosedur identifikasi adalah :
a. Merumuskan definisi
b. Menentukan spesifikasi
c. Menentukan prosedur
d. Menempatkan anak
Sedangkan
menurut Rice (1985),tujuan identifikasi adalah untuk:
a. Menjabarkan karakteristik
b. Merancang niminasi
c. Menentukan alat tes dan
penjaringan data
d. Mereview kasus dan menentukan
program.
e. Melakukan reevaluasi.
Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan diagnosti dalam dunia
pendidikan adalah sebagai berikut ;
1. Guna
menentukan tingkat pengetahuan awal siswa
2. Kemudian
guru dapat menentukan tujuan pengajaran realities dan tetap menantang untuk
dicapai.
3. Guru
dapat mengetahui tingakat keberhasilan mengajarnya,dan untuk mendapatkan
informasi tentang kelemahan dalam penyampaian pengajarannya agar dapat
diupayakan pernaikannnya.
4. Agar
siswa dapat mengetahui bagian atau segi apa yang masih belum dikuasainya dan
mengapa bagian atau segi itu belum dikuasainya.
Selanjutnya
kita akan menguraikan operasional proses diagnostic dari teori abin syamsudin
sebagaiman berikut ini:
1. Identifikasi
kasus
Pada tahap ini seorang guide ataupun
konselor, dalam hal ini, juga bisa guru, melakukan penandaan terhadap siswa
yang mengalami kesulitan belajar.
Laternatif yang bisa digunakan untuk melihat prestasi siswa yang bersangkutan bisa dengan instrmen berikut:
Laternatif yang bisa digunakan untuk melihat prestasi siswa yang bersangkutan bisa dengan instrmen berikut:
a. Penggunaan catatan waktu belajar efektif
b. Penggunaan catan kehadiran (presesnsi)
dan ketidakhadiran (absensi)
c. Penggunaan catatan atau bagan partisipasi
dalam proses belajar
d. Pengginaan catatan dan bagan
sosiometrik
2. Identifiaksi
masalah
Selanjutnya guru bisa menandai dan
melokalisasi letaknya kesulitan yang dialami siswa.
Bisa berupa pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan sebagaicontoh:
Bisa berupa pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan sebagaicontoh:
a) Pada
matapelajaran mana kala kesulitan itu terjadi?
b) Pada
kawasan tujuan belajan manahakah kesulitan itu terjadi?c. Pada bagian ruang
lingkup bahan yang manakah kesulitan itu terjadi?
c) Dalam
segi-segi proses belajar ya manakah kesulitan itu terjadi?
3. Identifikasi
factor penyebab kesulitan Kemudian menandia jenis dan karakteristik kesulitan
dengan factor penyebabnya.
4. Prognosis
Proses selanjutnya mengambil kesimpulan dan keputusan serta meramalkan kemungkina penyembuhan.
Kita bisa mengklasifikasikan dari 2 contoh kasus dengan pendekatan yang berbeda, diantaranya:
Proses selanjutnya mengambil kesimpulan dan keputusan serta meramalkan kemungkina penyembuhan.
Kita bisa mengklasifikasikan dari 2 contoh kasus dengan pendekatan yang berbeda, diantaranya:
a.
Kasus kelompok
-
Kesimpulan, Meliputi: Kasus dan
permasalahannya Sumber dan factor penyebabnya
-
Perkiraan dan saran
kemungkinan cara pemecahannya, meliputi:
Kemungkinan dapat tidaknya kesulitan itu diatas
Kemungkinan dapat tidaknya kesulitan itu diatas
-
Memperhatikan
alternative kesimpulan
-
Mengidentifikasi
berbagai permasalahanya
b.
Kasus individu
-
Kesimpulan, Meliputi: Kasus
dan permasalahannya Sumber dab factor penyebabnya
-
Perkiraan dan saran
kemungkinan cara pemecahannya, meliputi: Kemungkinan dapat tidaknya kesulitan
itu diatas
-
Memperhatikan
alternative kesimpulan
-
Mengidentifikasi
berbagai permasalahanya
-
Rekomendasi/referral
Yang terakhir membuat saran pemecahannya. Inilah tahap yang sangat menentukan. Apakah bimbingan yang kita berikan itu sudah cukup atau belum, apakah telah seuai dengan kebutuahn siswa dsb.
Yang terakhir membuat saran pemecahannya. Inilah tahap yang sangat menentukan. Apakah bimbingan yang kita berikan itu sudah cukup atau belum, apakah telah seuai dengan kebutuahn siswa dsb.


0 komentar:
Posting Komentar